met membaca
slamat datang ,slmt membaca bagi yang mw tambah inpormasi
Rabu, 23 Februari 2011
Priyo Oktaviano Kawinkan Banyak Budaya untuk 2011
Senin, 1 November 2010 - 13:49 wib
Fitri Yulianti - Okezone
(Foto: Andika Pradipta)
PRIYO Oktaviano mengeksplorasi imajinasinya pada banyak kain nusantara dan style internasional untuk memberikan arahan tren 2011. Konsep multibudaya menjadi spirit-nya kali ini.
Desainer yang dikenal dengan gaya rancangan modern, kosmopolitan, dan edgy ini ‘menjelajahi’ Benua timur, seperti Tibet, India, dan China, lalu kembali ke Indonesia sebagai tema rancangannya untuk tren tahun depan. Cermin budaya Indonesia terbias pada kain nusantara yang digunakan, di antaranya blongsong Palembang, tenun ikat Bali, dan songket Bali. Sementara, budaya internasional khas China dan India terlihat pada style busana.
“Multiculture, ada spirit China dari kimono, celana Mongol kayak India. Multistyle. Koleksi wearable, tapi styling-nya saya buat sesuatu, lain dari yang lain,“ tuturnya kepada okezone usai trend show IPMI 2011 “Metamorphic“ di Plasa Bapindo, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, baru-baru ini.
Beberapa rancangan yang ditampilkan, seperti jaket, simple dress, one shoulder dress, celana panjang, dan sebagainya dengan dominasi natural. Kesan wearable (bisa digunakan untuk suasana casual) diperlihatkan Priyo lewat penggunaan ikat pinggang, ikat kepala, topi, dan aksesori.
“Baju ini kalau diprotolin (dilepas satu per satu -red), jadi lebih simpel. Lagipula, namanya tren, ya sasarannya lebih ke masyarakat. Baju ini bisa lebih dimultifungsikan, dipadu padan. Kalau (kain) saya angkat, saya kasih topi, belt, kesannya lebih kasual,” imbuh pemilik second line SPOUS ini.
Pada satu karya di pengujung show, Priyo menampilkan style kimono mirip karakter Oshin asal Jepang berbalut songkat Bali koleksi pribadi. Pemilik nama lengkap Stefanus Priyo Oktaviano Umar Slamet ini memang hobi mengoleksi kain Nusantara dan aksesori kuno alias vintage.
“Style Oshin, itu kainnya saya gulung lagi, saya simpan, makanya enggak saya gunting. Banyak kain kuno enggak saya gunting. Sayang, kain itu susah dibuatnya, bisa sampai setahun. Bisa seharga satu mobil. Tapi, fashion is art, art is business, “ujarnya yang menyasar segmen customer usia 20-40 tahun.
Proses perkenalan Priyo dengan kain nusantara bermula dari keterlibatannya dengan CTI (Cita Tenun Indonesia). Priyo mengemban tanggung jawab untuk membina pengrajin tenun di Bali. Sebagai desainer, ia bekerja sama dengan perancang tekstil untuk menularkan pengetahuan tentang proses pembuatan kain tradisional sehingga memperluas pemasarannya.
“Semua kain tradisional bisa digunakan, tergantung konsep desainer. Desainer harus cerdik. Lihat kain, motif, corak, dapat inspirasi, feel, irama, mood, semua mengalir aja. Indonesia itu kaya, karena punya banyak kain. Ini saja saya hanya gabungkan dua daerah, “ ujar desainer yang pernah terlibat dalam ajang fesyen internasional “Pret a Porter: The Heart of Fashion” di Paris, Prancis.
Secara spesifik, Priyo memapakarn tren 2011 akan bergaya etnik, minimalis, discontraction (asimetrik), mini, dan lebih bermain pada volume. Dan warna yang akan in adalah cobalt blue, putih gading, dan hitam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar