met membaca

slamat datang ,slmt membaca bagi yang mw tambah inpormasi

Jumat, 29 Oktober 2010

seni dalam islam

Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi saw., kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda :
“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat atom.” Ada orang berkata,” Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal bagus.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim).
Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya sebagai sihir.
Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus.
Rasulullah bersabda :
“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.”  (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi)
Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan manusia.
Namun bagaimanakah dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan sehari-hari nyanyian-nyanyian cinta ataupun gambar-gambar  seronok yang diklaim sebagai seni oleh sebagian orang semakin marak menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-anak ? Bagaimanakah pandangan Islam terhadap hal-hal tersebut ?
Sebaiknya kita kembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.  Bahwa dalam Al-Qur’an disebutkan :
“Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka itu memperoleh azab yang menghinakan.” (Luqman:6)
Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang tidak berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka HARAM nyanyian tersebut. Nyanyian-nyanyian yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut maka kesenian tersebut haram hukumnya.

sumber- sumer seni islam;
  1. Al-Quran(segi utama):keindahan pada kefasihan bahasa,keserasian dan keseimbangan kata'mya,keindahan pada isi kandungan yang lengkap dan menyeluruh,keindahan susunan bahasa yang mengalahkan penyair dan penyajak jahiliyah

Islam Mengajarkan Kedamaian

Islam Mengajarkan Kedamaian
 

Kata Islam itu sendiri mengandung makna damai dan sejahtera (assalam). Ini berarti inti ajaran Islam itu sendiri membawa kedamaian dan kesejahteraan.
Memang pembumian nilai-nilai Islam ini masih menjadi pekerjaan rumah para ustad dan pemuka agama. Seringkali diajarkan oleh mereka tidak langsung berkaitan dengan peningkatan akhlak mulya yang harus diwujudnyatakan oleh para pemeluk agama Islam, Seringkali, perilaku negatif dilakukan sejumlah orang yang mengaku beragama.
Di sinilah ironisnya umat beragama dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Masih diperlukan pemahaman mendalam tentang esensi ajaran agama yang saling mengasihi satu sama lainnya. Bukankah Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia (al Hadist). Oleh karena itu budi pekerti atau akhlak yang agung perlu dimiliki oleh insan beragama terlebih lagi umat Islam. 
   Islam dikenal sebagai agama yang mengajarkan perdamaian dan mencintai kedamaian. Meski manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, namun perbedaan itu bukan untuk saling memusuhi apalagi melenyapkan satu sama lain. Justru keragaman itu sebagai wahana saling mengenal dalam suasana yang damai dan harmonis. Namun, belakangan ini ada beberapa kelompok di antara umat beragama yang dengan paradigma keagamaannya mengganggu perdamaian antara sesama manusia. Bagaimana sebenarnya konsep damai dalam Islam? Berikut ini wawancara Reporter CMM dengan KH. Dr. Tarmizi Taher, Ketua Umum PP Dewan Masjid Indonesia (PP DMI):
Bagaimana menurut bapak kontribusi Islam dalam mewujudkan perdamaian?
Kontribusi Islam untuk perdamaian di dunia dan di regional demikian besar dalam sejarah umat manusia. Allah SWT menciptakan manusia untuk saling mengenal dan hidup dalam damai. Akan tetapi, amat disayangkan terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok massa yang gaya penampilannya terlihat layaknya Muslim yang saleh, tetapi aksinya jauh dari kesalehan. 
Sejauhmana Bapak melihat perkembangan Islam dan perdamaian itu?
Di Asia Tenggara, Islam berakar dan menyebar dengan relatif damai. Penduduk lokal berpandangan bahwa Islam adalah agama kesucian, sebagaimana para pedagang Islam di India yang memakai pakaian bersih sambil memperkenalkan agama. Penduduk lokal melihat Islam sebagai agama bagi kemajuan ekonomi yang dibawa ke Malaysia dan Indonesia oleh para pedagang kaya. 
Singkatnya, penduduk Hindu melihat Islam sebagai agama orang yang lebih beradab. Islam juga mengajarkan kesetaraan (equality) di kalangan masyarakat. Setiap orang setara di hadapan Allah, kecuali dalam kualitas iman dan ketaatan mereka kepada Allah. Doktrin kesetaraan ini “menyerang” basis sistem kasta Hindu, yang mempercepat konversi damai dan sukarela masyarakat lokal Hindu ke Islam (abad ke-13 s.d.16). 
Bagaimana tanggapan Bapak mengenai kelompok yang sering melakukan aksi kekerasan itu?
Kelompok itu perlu menyadari bahwa Islam, seperti agama-agama lain, mengajarkan nilai-nilai yang mulia mengenai perdamaian dan cinta kepada umat manusia. Harus sadar akan fakta bahwa sebagaimana agama yang lain yang benar, terdapat keragaman luar biasa dalam Islam. Islam mewujudkan dirinya di berbagai negara yang berbeda-beda, dalam tradisi budaya yang beragam, dan dalam konteks etnis, ekonomi, dan politik yang berbeda pula. 
Pemahaman seperti apa yang seharusnya ditanamkan kepada umat?
Kaum Muslim juga perlu menghasilkan literatur guna mengetengahkan pemahaman tentang Islam. Kaum Muslim di tingkat nasional perlu menyadari keragaman mereka, baik secara doktrinal maupun politik. Lebih dari itu, bangsa-bangsa dengan mayoritas Muslim harus tanggap terhadap aspirasi minoritas non-Muslim atau aspirasi politik dan kesetiaan golongan yang berbeda. 
Kaum Muslim memang tengah berhadapan dengan masalah, apakah harus melaksanakan ajaran agamanya secara ketat dengan menghindari tindakan kekerasan atau mengusahakan terwujudnya satu lembaga keadilan untuk memecahkan perbedaan-perbedaan politik dalam negeri. Kegagalan melaksanakan cara-cara damai dalam memecahkan persoalan dalam negeri ini bisa dengan mudah menghasilkan citra internasional Islam yang negatif. 
Terakhir, komunitas Muslim seperti apa yang diharapkan?
Setiap manusia dituntut untuk berlaku adil, baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Maka, masyarakat dan komunitas Muslim yang terbuka serta yang bisa saling melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan intropeksi (wa tawasau bil al-haqq wa tawasau bil al-shabr) adalah masyarakat ideal yang dicita-citakan oleh kedua prinsip Islam: moralitas dan keadilan. Dan, tatanan masyarakat ini sangat menekankan pada inklusivitas dan bukan masyarakat yang eksklusif. Karena, istilah “keadilan” itu sendiri mencerminkan tatanan masyarakat madani, beradab, dan penuh perdamaian: bukan kekerasan.(CMM) 
Begitulah sunnatullah. Begitu indah sekali aturan-Nya. Betapa adilnya Dia, menciptakan setiap benda secara seimbang.

Begitu juga halnya dalam persahabatan. Setiap sahabat mempunyai keistimewaan yang telah ditetap Allah sejak azali lagi. Ada sahabat yang kasar, tetapi lembut hatinya, ada sahabat yang nakal, tetapi suka mengambil berat, ada sahabat yang garang, tetapi sebenarnya adalah penyayang dan pelbagai lagi. Macam-macam corak sahabat yang kita boleh dapati setelah bersahabat dengan seseorang.